sponsor

Pangeran kesiangan


Hari ini Lia memasuki sekolah baru, kelas baru dan
teman-teman baru. Teman yang belum dikenalnya sama
sekali.
Tik tok tik tok.. Lia melirik jam tangannya, pukul 06.50.
“huh udah jam segini, mana masuk jam 7 pas lagi,
angkot penuh semua rrrgh” Lia mengomel-ngomel
sendiri.

Tiba-tiba ada motor yang hampir menyerempetnya.
“woy liat-liat dong! Mau bunuh gue lo ya?” ucap Lia
sewot.
“eh sorry-sorry, gue gak liat lo” ucap cowok itu yang
bernama Aldi.
“buset dah lo, badan gue segede gini apa gak keliatan”
“kok lo jadi nyolot, kan gue udah minta maaf kali, lagian
gue lagi buru-buru nih”

“emang lo doang? Gue juga udah hampir telat nih!”
“ya udah lo berangkat bareng aja sama gue, lagian pasti
angkotnya penuh semua, bentar deh.. lo anak SMA Satu
Hati kan?”
“idih ogah dah gue, mending gue jalan kaki. Eh tau dari
mana lo?”
“yakin lo mau jalan kaki? Gempor-gempor dah lo, gue liat
dari bet baju lo lah, lo mau ikut bareng gue gak?”

“gak!” ucap Lia dengan singkatnya.
“yakin nih? Ya udah bye, 7 menit lagi gerbang sekolah
bakalan ditutup, dan lo gak bakal boleh masuk”
“eeehh tunggu gue ikut sama lo aja deh”
“cepetan naik tuan putri”
“nama gue Lia bukan Putri”
“ooh nama gue Aldi”
“bodo gak nanya”
Mereka pun berangkat, Aldi membonceng Lia, Aldi
membawa motornya sedikit ngebut karena mereka sudah
hampir terlambat
Selama di perjalan mereka tidak ngobrol sedikitpun, Lia
bisa mencium wangi Aldi yang terhembus angin pagi..
“hmm wangi banget ini cowok” ucapnya dalam hati
Lia tengah menikmati harumnya badan Aldi, tiba-tiba.
Cekiiittt.. Aldi rem mendadak
“ada apaan sih? Kok berhenti?”
Aldi pun langsung turun dari motornya, tanpa menjawab
pertanyaan Lia.

Lia melihat Aldi menyebrang jalan, dan menghampiri
seorang ibu yang membawa banyak belanjaan. Ternyata
Aldi ingin membantu ibu itu menyebrang jalan. Aldi
membawa belanjaan ibu itu dan memegang tangannya.
“wow gila nih cowok baik banget, padahal udah mau telat
nih, tapi masih sempetnya nolongin ibu-ibu itu, gue jadi
terharu hm..” gumam Lia dalam hati.
Aldi pun kembali menaiki motornya, dan kini mereka pun
telah sampai di sekolah.

“hey makasih ya lo udah mau kasih tumpangan buat gue,
kalau gak diserempet sama lo mungkin sekarang gue
udah kesiangan hehe”
“haha iya sama-sama, anggap aja itu rasa minta maaf
gue karena hampir nyerempet lo”
“okey gue ke duluan ke kelas dulu ya.. bye”
“kamu kelas mana li…? Oh bye…” Ucap Aldi yang tak
sempat terbalas oleh Lia, karena Lia telah berlari untuk
pergi ke kelasnya.

Saat tiba di Lobby sekolah, Lia menghentikan
langkahnya. Dia kebingungan mencari kelas barunya.
Matanya terus mencari nama “Lia Miftahul Fernanda” di
tiap kertas yang menempel di sebuah papan, untuk
mencari tau dimana kelas yang akan ia tempati.
“No: 22. Lia Miftahul Fernanda 10 IPA 2”
“nah ini dia, gue ternyata kelas 10 IPA 2, hufft
akhirnyaaa…”
Lia pun bergegas menaiki tangga yang berada di dekat
lobby, karena disitulah kelasnya berada.

Lia memsuki kelasnya dengan sedikit canggung,
nampaknya bangku kelas sudah terisi penuh. Bola
matanya terus mencari dimanakah tempat agar ia bisa
duduk.
“HEY LIA!!!”
Saat tengah mencari bangku, tiba-tiba ia dikagetkan oleh
suara yang memanggil namanya begitu nyaring. Ia pun
menoleh pada arah suara tersebut.
“Elo? Aldi?” ucap Lia kaget.
“Lo ngapain bengong disitu, lagi nyari bangku? Sini
duduk sebelah gue. Kosong kok.”
Lia pun duduk di sebelah Aldi, hari demi hari mereka lalui
bersama sehingga mereka pun semakin akrab. Sepertinya
Lia mulai menyimpan rasa pada Aldi.

Tak terasa 5 bulan telah berlalu, sebentar lagi mereka
akan menghadapi Ujian Kenaikan Kelas, dimana saat
mereka memasuki kelas 11, mereka akan dipisah lagi dari
teman-teman kelasnya.
Oleh karena itu Aldi dan Lia pun tak menyia-nyiakan
waktu mereka untuk bersama, berangkat sekolah bareng,
pulang bareng, dan belajar bareng pun mereka lakukan.
Hari itu Lia sudah sangat terlambat datang ke sekolah,
karena biasanya Aldi selalu menjemputnya ke rumah
untuk berangkat sekolah bareng.

Mau tidak mau kali ini
Lia harus berangkat sekolah sendiri
Setibanya di sekolah Lia pun langsung memasuki
kelasnya, tetapi ia tidak melihat Aldi.
“Ah mungkin Aldi belum datang” ucapnya dalam hati.
Lia pun duduk di bangkunya dan menyelesaikan
tugasnya yang belum selesai.
“Teeeett… teeeettt… teeett”
Bel sekolah tanda pelajaran akan dimulai sudah berbunyi,
tetapi Aldi belum juga datang.
“Aldi kok belum datang sih? Kemana ya dia? Apa
mungkin dia sakit? Atau izin? Tapi kok dia gak bilang
sih? Kan bisa kirim SMS atau telepon kek..” pertanyaan
demi pertanyaan penuh dalam pikiran Lia.

3 hari kemudian, Aldi masih tidak masuk ke sekolah.
Rencananya sepulang sekolah Lia akan pergi ke rumah
Aldi untuk mengetahui alasannya tidak masuk sekolah
selama 3 hari ini, dan alasannya tidak membalas pesan
singkat yang dikirim Lia kepadanya.
Setibanya Lia di rumah Aldi, keadaan rumahnya sepi
seperti tak berpenghuni, gerbangnya dikunci rapat. Usaha
Lia untuk menemui Aldi pun sia-sia.
Di sepanjang jalan pulang Lia terus memikirkan
bagaimana keadaan Aldi dan dimana Dia sekarang?
Hanya itu yang sekarang berkecamuk di dalam
pikirannya.

Sudah hampir sebulan Aldi tidak masuk sekolah, padahal
ini sudah sangat mendekati Ujian Kenaikan Kelas yang
minggu depan akan berlangsung.
Lia terus belajar sendiri dengan rajin, meskipun biasanya
ia belajar bersama dengan Aldi, cowok yang periang dan
menyebalkan menurutnya.
Besok Ujian Kenaikan Kelas akan berlangsung, malam ini
Lia benar-benar serius membaca setumpuk buku di meja
belajarnya. Tiba tiba handphonenya bergetar tanda SMS
masuk.
“drrrttt. drrrttt” Lia sengaja memasang hpnya mode getar
agar tidak mengganggu belajarnya.

— 1 pesan masuk (Alddeh) — HAH? A… ALL… DIII…? Ucap
Lia kaget.
Lia pun segera membaca pesan singkat yang diterimanya
bercampur rasa senang, kaget dan deg degan.
“Hai Lia apa kabar kamu? Udah lama banget ya kita gak
ketemu, maaf aku gak ngabarin kamu. Aku tau kamu
pasti khawatir kan sama aku, kamu pasti nyariin aku
kan.. hahaha”
“ini Aldi ngesms gue kan? Tapi dia beda, biasanya dia
kalau ngomong pake kata LO-GUE, tapi sekarang AKU-
KAMU. Tapi enggak… dia tetep nyebelinnnn kaya dulu.”
Ucap Lia dalam hati.

Lia pun membalas SMS dari Aldi.
“aaalllddeehhh kemana aja lo? Lo jahat gak ngabarin
gue… lo jahat. Lo harusnya masuk sekolah. Lo tau kan
besok ujian kenaikan kelas?”
— Pesan terkirim —
Lia terus memandangi hpnya, berharap hpnya bergetar
dan berharap Aldi segera membalas pesannya.

5 menit… 10 menit… 15 menit kemudian..
“drrttt… drttt…”
— 1 pesan masuk (Alddeh) —
“aku gak kemana mana kok, aku kan selalu ada di hati
kamu, besok semangat ya ujiannya, semoga nilai kamu
bagus.. mungkin ini sms terakhir dari aku, maaf kalau
aku buat kamu kecewa. Aku mau pergi. kalau kamu
kangen besok ke rumah aja ya.. Pokonya AKU SAYANG
KAMU LI, KAMU ITU PRINCESSNYA AKU ”
Lia terharu membaca pesan dari Aldi, ia pun
membalasnya lagi.
“emang lo mau pergi kemana Al? gue kok gak diajak sih?
makasih ya semangatnya. Okey besok pulang sekolah
gue ke rumah lo. Ah dasar gombal lo hahaha”
— Pesan terkirim —

Keesokan harinya Lia kelihatan semangat sekali, ya dia
sudah siap bertempur dengan soal-soal ujian yang akan
dihadapinya.
“teeettt… teeettt…” akhirnya bel tanda selesai ujian pun
berbunyi, Lia segera membereskan alat tulisnya. Dia ingat
sekarang ia harus pergi ke rumah Aldi.
Saat beberapa langkah lagi tiba di depan rumah Aldi,
nampaknya ramai sekali orang yang berkunjung ke
rumahnya. Tapi… tunggu dulu mereka serba memakai
baju hitam. Lia pun melihat bendera kuning yang berkibar
di pagar rumah Aldi. Jantungnya berdebar. Lia
mempercepat langkah kakinya.
“siapa yang meninggal? Jangan-jangan Aldi? ah gak gak
mungkin!!!” Lia berlari, matanya mulai berkaca-kaca.

Di depan pagar ia melihat Ayahnya Aldi.
“Om, maaf yang meninggal itu siapa om?”
“Kamu temennya Aldi kan? Aldi sudah pergi nak.”
“A… alll.. diiii…? Gak om gak mungkin Aldi meninggal,
kemarin dia sempat sms saya om.”
“Iya nak Aldi punya penyakit kanker otak stadium 4. Dia
sempat dirawat di Rumah Sakit yang ada di Jakarta, tapi
dokternya bilang lebih baik Aldi dibawa ke Rumah Sakit
yang ada di Singapur, kemarin dia minta hpnya yang om
simpan, dia bilang dia mau sms kamu buat terakhir
kalinya. Oh iya silahkan masuk dulu nak”
Lia ditemani Ayahnya Aldi pun masuk untuk melihat
jenazah Aldi yang sedang dibacakan Surat Yasin.

“Alll.. kenapa lo gak bilang sama gue kalau lo sakit?
Kenapa pertemuan terakhir kita dalam keadaan lo kayak
gini Al? gue inget waktu pertama kali gue ketemu lo, lo
nyerempet gue waktu gue lagi nungguin angkot, terus lo
ngajak gue berangkat bareng soalnya gue udah hampir
telat. Terus di jalan lo nolongin ibu-ibu yang
belanjaannya banyak banget buat nyebrang jalan. Ah lo
emang cowok baik Al… GUE JUGA SAYANG LO. LO ITU
PANGERAN KESIANGAN GUE”
Sudah 7 hari atas kepergian Aldi, kini Lia pun harus
berangkat sekolah sendiri tanpa ditemani oleh Aldi.
Seperti biasa Lia selalu saja hampir kesiangan, karena
angkot yang ditunggunya selalu penuh.
tiba-tiba…
‘cekiiitt’ ada cowok yang hampir menyerempetnya (lagi)
tapi sayang itu bukan Aldi Sang Pangeran Kesiangannya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar